News Rantepao – Pasar Hewan Bolu di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, kembali menarik perhatian pengunjung dengan pemandangan tak biasa.
Selain jual beli ternak, di pasar ini juga terdapat “ojek babi”, layanan transportasi khusus yang mengangkut babi dari lokasi transaksi ke kendaraan pembeli.

Pekerjaan unik ini kini menjadi sumber penghasilan tetap bagi sejumlah warga lokal. Dengan tarif antara Rp50.000 hingga Rp150.000 per ekor, tergantung ukuran dan jarak angkut, para pengojek bisa meraup pendapatan jutaan rupiah per hari, terutama pada hari pasar besar menjelang upacara adat.
Baca Juga : Tana Toraja Segera Miliki Perda Kawasan Tanpa Rokok, Pelanggar Bisa Didenda Hingga 50 juta
“Kalau ramai, bisa dapat lebih dari sejuta sehari. Apalagi kalau banyak babi besar yang dibeli untuk acara rambu solo’,” ujar Nielus, salah satu pengojek babi yang sudah menekuni pekerjaan ini sejak lima tahun terakhir.
Gunakan Motor Modifikasi Khusus untuk Angkut Babi
Para pengojek menggunakan motor modifikasi dengan keranjang besi besar di bagian belakang untuk mengangkut babi yang beratnya bisa mencapai lebih dari 100 kilogram.
Motor-motor ini dirancang khusus agar tetap seimbang meski membawa muatan berat di jalanan pasar yang becek dan padat.
“Motor harus dimodif supaya kuat, ada besi tambahan dan tali pengikat. Kalau babinya besar, biasanya dua orang bantu naikkan,” tambah Nielus sambil menunjukkan motornya yang sudah penuh tambalan besi.
Profesi ini muncul karena banyak pembeli dari luar daerah yang kesulitan membawa ternak hasil belanjaan mereka ke kendaraan yang diparkir jauh dari area transaksi.
Para pengojek pun hadir untuk mempermudah proses tersebut dengan layanan cepat dan praktis.
Pasar Bolu, Nadi Ekonomi dan Tradisi Toraja
Pasar Hewan Bolu dikenal sebagai pasar ternak terbesar di kawasan Tana Toraja dan Toraja Utara, yang menjadi pusat ekonomi rakyat sekaligus bagian dari budaya masyarakat setempat.
Di tempat ini, transaksi jual beli babi, kerbau, hingga ayam dilakukan secara terbuka setiap pekan, terutama menjelang upacara adat seperti Rambu Solo’ (pemakaman adat Toraja) atau Rambu Tuka’ (syukuran rumah baru).
Selain menjadi ruang ekonomi, pasar ini juga menjadi simbol kebersamaan dan interaksi sosial masyarakat Toraja.
Aktivitas “ojek babi” menambah warna tersendiri bagi pengunjung, termasuk wisatawan yang penasaran dengan cara kerja unik para pengojek.
“Banyak turis yang tertarik memotret ojek babi. Katanya, ini cuma ada di Toraja,” kata Yanti, pedagang pakan ternak di pasar tersebut.
Pendapatan Tak Menentu, Tapi Tetap Jadi Andalan
Meski terlihat menguntungkan, pekerjaan sebagai ojek babi tak selalu stabil.
Ketika pasar sepi atau tidak ada acara adat besar, pendapatan mereka bisa turun drastis.
Namun bagi sebagian besar warga, pekerjaan ini tetap menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Kalau tidak ramai, bisa cuma dapat Rp200 ribu sehari. Tapi tetap disyukuri, karena ini pekerjaan halal dan banyak membantu orang,” ujar Matius, pengojek lainnya.
Pemerintah daerah Toraja Utara disebut tengah mempertimbangkan untuk menata ulang area parkir dan jalur distribusi hewan di Pasar Bolu, agar aktivitas ojek babi dan pedagang bisa berjalan lebih tertib serta aman bagi pengunjung.