News Rantepao – Di sela-sela agenda resesnya di Toraja Utara, Legislator Medi Sura’ Matasak mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan merawat eksistensi Tongkonan, rumah adat khas Toraja yang menjadi simbol persatuan, warisan budaya, dan identitas leluhur.

Tongkonan sebagai Identitas Budaya
Baca Juga : Belo Tarran Launching Buku “Para Jenderal dari Negeri Para Raja”, Berisi Biografi 69 Jenderal Asal Toraja
Dalam pertemuan dengan warga, Medi Sura’ menekankan bahwa Tongkonan bukan hanya sekadar bangunan rumah, tetapi juga pusat nilai, simbol persaudaraan, serta tempat bermusyawarah bagi masyarakat Toraja. “Tongkonan adalah identitas dan warisan budaya. Merawat Tongkonan berarti menjaga jati diri kita sebagai orang Toraja,” ujarnya.
Menurutnya, di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, Tongkonan perlu dijaga eksistensinya agar tidak hilang ditelan perkembangan.
Pentingnya Peran Masyarakat
Medi Sura’ juga mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga Tongkonan tidak hanya ada di tangan pemerintah, tetapi menjadi kewajiban seluruh masyarakat. Ia mendorong adanya kesadaran kolektif, mulai dari generasi muda hingga para tetua adat, untuk tetap merawat dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
“Kalau bukan kita yang merawat, siapa lagi? Tongkonan bukan sekadar peninggalan fisik, tapi mengandung makna kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas,” tambahnya.
Sinergi Pemerintah dan Budaya Lokal
Selain itu, Medi Sura’ juga mendorong pemerintah daerah untuk lebih serius mendukung pelestarian Tongkonan, baik melalui regulasi, program pariwisata budaya, maupun bantuan revitalisasi rumah adat. Ia menilai, Tongkonan juga bisa menjadi daya tarik wisata yang mengangkat ekonomi lokal masyarakat Toraja.
“Pelestarian budaya harus sejalan dengan pembangunan. Jika dikelola dengan baik, Tongkonan bisa menjadi aset budaya sekaligus ekonomi,” jelasnya.
Penutup
Seruan Legislator Medi Sura’ Matasak dalam resesnya ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat Toraja untuk tidak melupakan akar budaya leluhur. Tongkonan bukan hanya bangunan adat, melainkan simbol jati diri dan eksistensi orang Toraja yang harus terus dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya.