News Rantepao — Suasana Kota Rantepao, Toraja Utara, memanas pada Senin (1/9/2025) setelah ratusan mahasiswa menggelar demonstrasi di pusat kota. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai membebani rakyat dengan berbagai pungutan dan pajak.

Baca Juga : Mahasiswa Demo di Kandean Dulang, Minta Anggota Dewan Hadir
Dalam aksinya, mahasiswa membawa spanduk dan poster dengan berbagai tulisan kritis. Salah satu orator bahkan menyampaikan kalimat yang menyita perhatian publik:
“Kita hidup dipajaki, bahkan mati pun masih dipajaki!”
Pernyataan itu merujuk pada tingginya biaya upacara adat dan pengurusan administrasi kematian di Toraja yang kerap disertai pungutan.
“Kami turun ke jalan karena rakyat semakin ditekan. Harga kebutuhan pokok naik, biaya pendidikan mahal, ditambah lagi pajak yang mencekik. Bahkan tradisi adat pun dijadikan ladang pungutan,” teriak Yulius Tandirerung, koordinator aksi.
Tuntutan Aksi
Mahasiswa menyuarakan sejumlah tuntutan, di antaranya:
-
Menghapus pungutan yang tidak masuk akal, termasuk biaya terkait administrasi kematian.
-
Mendorong pemerintah daerah lebih transparan dalam pengelolaan pajak.
-
Menekan harga kebutuhan pokok agar tidak semakin membebani rakyat kecil.
Jalanan Rantepao Lumpuh
Aksi demonstrasi ini sempat membuat arus lalu lintas di sekitar Pasar Bolu dan pertigaan Rantepao lumpuh total. Warga yang hendak beraktivitas terpaksa mencari jalan alternatif. Beberapa pedagang mengaku dagangan mereka sepi pembeli karena keramaian aksi.
“Kami sebenarnya setuju mahasiswa menyuarakan aspirasi, tapi tolong jangan sampai jalanan ditutup terlalu lama,” kata Maria, salah satu pedagang pasar.
Respons Pemerintah Daerah
Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang, menanggapi aksi ini dengan menegaskan akan meninjau ulang aturan-aturan terkait pungutan yang diprotes mahasiswa.
“Kami mendengar suara mahasiswa. Semua masukan akan kami bahas bersama DPRD agar ada solusi yang adil bagi masyarakat,” ujarnya.
Aksi Berlanjut
Hingga sore hari, mahasiswa masih bertahan di pusat kota dengan kawalan ketat aparat kepolisian. Mereka berjanji akan terus menggelar aksi lanjutan jika pemerintah tidak segera menindaklanjuti tuntutan tersebut.
“Ini bukan sekadar teriakan di jalan. Ini jeritan rakyat Toraja yang lelah dipajaki tanpa henti,” tutup Yulius dengan lantang.